Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

duabelas89tigaAvatar border
TS
duabelas89tiga
Lanjutan Satu
Hari demi hari komunikasi antara aku dan Tya semakin baik.

Selain kami bekerja sama mengenai bisnis kami, kami juga sering nonton film berdua, travelling, main bilyard, ngopi, yaaa intinya, dia selalu membuat aku nyaman dan bahagia, apalagi hobi kami sama, jadi tidak susah untuk mengenal satu sama lain.


3 minggu kami berkenalan, aku pun memberanikan diri untuk memintanya menjadi kekasihku.

Dan sejak saat itu, kami berpacaran.

Aku benar-benar nyaman dengan hubungan kami saat itu. Tidak ada pertengkaran, tidak ada salah paham, tidak ada yang membuat keadaan ricuh, rasanya sejahtera.

Dia memang tidak begitu perhatian. Yaa memberikan perhatian sekedarnya saja.

Dia juga tidak begitu peduli, tidak cerewet, dan selalu bisa memotivasiku.

Jika aku ingin ke puncak bersama teman-temanku, dia tidak khawatir jika aku tidak mengabarinya.

Jika aku harus pergi keluar kota, dia tidak peduli jika aku tidak menelpon atau mengirim sms padanya.

Aku benar-benar suka cara dia yang bisa mengerti. Dia benar-benar sudah dewasa.



Karena kebahagiaan yang aku rasakan ketika itu bersama dia, hingga akhirnya aku memperkenalkan dia kepada orangtua dan keluargaku.

Padahal baru 1 bulan kami berpacaran.

Ketika aku memperkenalkannya kepada orangtua dan keluargaku, ketika aku membawanya ke rumah orangtuaku, dia diam membisu.

Dia berbicara ketika ditanya. Dan dia tidak mencium tangan ayah ibuku, dia hanya berjabat tangan dengan mereka.

Aaah, mungkin dia malu.


Namun, pendapatku bahwa dia malu ketika itu dibantah oleh pihak keluargaku. Mereka mengatakan bahwa dia tidak tahu sopan santun. Mereka mengatakan dia tidak baik untuk aku. Jujur, aku benar-benar kesal mendengarnya.


Sejak kejadian itu, aku tidak pernah berkunjung ke rumah orangtua dan keluargaku. (Aku tidak satu rumah dengan orangtuaku sejak usiaku 19 tahun, karena aku berusaha untuk memiliki rumah sendiri). Aku benar-benar benci pendapat mereka tentang Tya. Tapi, bagaimanapun, aku membutuhkan orangtua dan keluargaku untuk melamar Tya, tepat 1 bulan dari aku mengenalkan Tya pada mereka. Aku tidak peduli dengan apa pendapat mereka dan keluargaku.

Yang menjalani hidup dengan Tya itu aku, bukan mereka. Aku yakin, Tya adalah yang terbaik buat aku. Dia wanita terhebat yang pernah aku temui.

Hingga akhirnya, dengan berat hati mereka mengikuti mauku, yakni melamar Tya.


Dan kami pun menikah tepat pada tanggal 31 Desember 2009, 24 hari setelah aku berulang tahun.
-------

31 Desember 2009, aku menikah dengan Tya.

Alasannya hanya satu, "dia berbeda dengan wanita lainnya."


1. Di usianya yang sudah menginjak 24 tahun, dia masih ingin terus berkarir. Dia mengatakan, jika suatu saat aku dan dia menikah, dia ingin menunda 'momongan' 2-3 tahun kedepan. Karena dia masih ingin bersenang-senang dan menikmati semuanya tanpa memikirkan seorang anak.

Pemikirannya sama dengan pemikiranku. Aku ingin menikah namun aku tidak ingin mengubah kebiasaanku dan tidak ingin segera mengurus anak, aku masih ingin fokus ke karir aku. Jadi, aku tidak masalah dengan pemikiran Tya. Aku menyetujuinya.


2. Aku sudah memiliki rumah sendiri. Dia juga. Keinginan dia setelah kami menikah, aku boleh tinggal dirumahku semauku dan boleh tinggal dirumahnya semauku. Begitu juga dia. Karena meski menikah nantinya, dia tidak ingin merubah segala sesuatu kebiasaannya. Aku berpikir, hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Aku menerimanya.


3. Dilarang saling mengekang dan saling mengerti. Keinginan dia yang satu ini benar-benar membuatku mengatakan, "aku sangat setuju."


4. Masalah pendapatan. Sebagai suami seharusnya memberikan semua pendapatannya untuk istrinya, namun dia menginginkan pendapatanku hanya 70%, dan aku mendapat bagian 30%. Aku berterima kasih dan sangat tidak mempermasalahkan.


Masih ada banyak alasanku mengapa aku harus menikahinya, namun pada intinya dari sekian banyak alasan yang aku punya, ke empat poin itu yang menjadi pokoknya. Dia benar-benar mandiri. Aku begitu mencintainya.


Di acara pernikahan kami, ada banyak tamu undangan. Kami menyebarkan 1000 undangan. 500 undangan untuk kerabatku, 500 undangan lainnya untuk kerabatnya. Aku mengundang hampir semua rekan bisnisku, teman-temanku, sahabat-sahabatku, dan bahkan semua mantan pacarku.
Hampir semua mantan pacarku sudah menikah dan bahkan ada yang sedang hamil. Senang melihatnya. Namun ada 1 yang sepertinya tidak menghadiri pesta pernikahanku. Oh tidak, bukan tidak menghadiri, namun dia datang disaat acara sudah hampir selesai. Dia mantan pacar terakhirku. Seseorang yang awalnya saja aku anggap sempurna, tapi setelah dijalani selama 2 bulan, dia benar-benar membuatku 'ilfeel'. Hobinya selalu membuat ricuh karena ke-lebay-annya. Yasudahlah, dia hanya masa laluku.

Dengan wajah yang tanpa merasa bersalah karena keterlambatannya, dia malah menyalami istriku dan mencium pipi kiri-kanan istriku seraya mengucapkan selamat. Istriku yang tidak mengetahui bahwa dia adalah mantan pacarku hanya membalas dengan terima kasih. Dia pun menyalamiku dan mengucapkan "semoga bahagia". Kemudian dia mencium tangan ibu dan bapakku, mencium pipi kiri-kanan ibuku, dan memeluk ibuku sangat lama.

Aku tidak terlalu mempedulikannya. Rasanya aku sudah mati rasa dengannya.


**********************

Tya.....

Dia benar-benar cantik.

Dia benar-benar mandiri.

Dia benar-benar hebat.

Baru semalam kami menikah, pagi ini dia sudah siap untuk pergi ke kantornya untuk menemui kliennya.


"Raaaam, aku berangkat kerja dulu yaa... Kamu ga bangun? Udah jam berapa ini? Ohya, aku ga bisa masak, jadi kamu sarapan diluar aja yaaaa. Gapapa kan, sayang? Yaudah aku berangkat yaaa. Sampai nanti...."


-----
Diubah oleh duabelas89tiga 05-07-2014 15:18
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
5.1K
36
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan