Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

exorioAvatar border
TS
exorio
Validasi Semu
Pernahkah Anda menemui seseorang yang suka pamer dan membual? Bagaimana perasaan Anda menghadapi orang-orang seperti itu?

Tentunya Anda akan seringkali merasa sebal.



Ini secara tidak langsung alam bawah sadar Anda memberikan peringatan bahwa orang tersebut sedang menggerogoti value Anda.

Semua intuisi dan insting yang Anda miliki diprogram sedemikian rupa sehingga Anda dapat merasakan hal-hal tersebut. Hanya saja Anda seringkali tidak mengerti mengapa peringatan-peringatan tersebut disinyalkan kepada Anda, karena selama ini, terlebih lagi di jaman modern ini otak kita sudah mendominasi sebagian besar perilaku kita. Anda hanya tahu bahwa Anda merasa sebal apabila ada orang yang pamer dan membual.

Kalau Anda sadar bahwa diri Anda bagus dan berprestasi, Anda tidak akan merasakan dorongan untuk membual atau boasting.

Darimanakah dorongan membual dan pamer itu berasal? Keduanya berasal dari keinginan mendapatkan pengakuan dan validasi orang lain. Dalam arti para pembual dan tukang pamer adalah orang-orang yang sangat miskin validasi dan pengakuan. Mereka menemukan cara untuk memuaskan rasa haus mereka akan validasi dan pengakuan, dan seringkali cara yang mereka gunakan adalah cara yang salah.

Bahkan apabila Anda bertemu dengan orang-orang yang sangat sukses, mereka tidak akan bersusah payah mencari validasi dari orang lain dengan menunjukkan propertinya atau hartanya. Atau mungkin bercerita tentang liburannya yang mahal. Namun mereka justru melakukan hal sebaliknya, bercanda dengan menurunkan martabat dirinya sendiri, atau yang lebih dikenal dengan “self-deprecating jokes” atau lelucon yang merendahkan diri si orang yang melontarkan lelucon tersebut.

Contoh self deprecating jokes ini misalnya saya dengan perut saya yang buncit, saya selalu membuat lelucon tentang fisik saya. “Lagi hamil nih”. Dan joke-joke seperti ini biasanya dapat mencairkan suasana dengan sangat mudah.

Orang-orang yang mencari validasi semu seperti itu, biasanya adalah orang yang valuenya sangat rendah. Mereka tidak akan bisa hidup tanpa hal-hal yang mereka pamerkan. Jiwa mereka semakin rusak dan digerogoti dengan kecanduan validasi semu yang berasal dari pujian orang lain terhadap mereka ketika mereka membual.

Ada kalanya kita juga boleh menyombongkan diri, tetapi dilontarkan dengan cara humor juga. Ini teknik yang dipopulerkan oleh David de Angelo yang dikenal dengan “Cocky Comedy”. Teknik ini sangat bagus, karena mencerminkan rasa percaya diri yang tinggi, namun tidak terkesan arogan. Seperti misalnya kalimat ini Anda lontarkan ketika Anda akan pergi meninggalkan seseorang “jangan terlalu kangen yah sama gue”.

Anyway, balik ke masalah validasi semu, satu contoh kasus kecanduan validasi semu yang saya temui belakangan terutama di kalangan ABG adalah kecanduan “like” di facebook. Atau mempost status yang berisi drama seperti konfliknya dengan seseorang (misalnya “gue lagi sedih nih, tapi jangan tanya kenapa”), curhat di atau bahkan berdoa di facebook.

Get real. Saya memang bukan yang yang religius, tetapi saya bisa membedakan mana yang memang berdoa karena iman atau karena seseorang mencari validasi semu di media sosial seperti facebook. Apa perasaan Anda ketika Anda membaca status-status seperti itu? Saya terus terang sih gregetan. Memang Tuhan itu punya Facebook? Terus kalo lagi sedih ngapain diumumin di Facebook?

Dan parahnya, banyak sekali ABG yang saat ini memburu “like” seolah-olah itu akan mengubah hidup mereka. Bahkan ada yang rela menampilkan fotonya setengah tanpa busana atau mempost status yang sangat vulgar hanya demi mendapatkan “like” sebanyak-banyaknya. Mirisnya, orang-orang yang melike hal-hal tersebut sama hancurnya sama mereka. Para pria-pria yang sexually frustrated.

Saya sendiri pernah mengalami masa yang mirip dengan hal tersebut, yaitu ketika saya menjadi pecandu video game. Saya selalu memamerkan score yang saya dapatkan atau bercerita kepada teman-teman saya bagaimana saya bisa menyelesaikan sebuah game dengan sempurna.

Tapi pada akhirnya semua itu tidak ada artinya, tidak ada manfaatnya, walaupun game juga yang membawa saya ke jenjang karir yang memang benar-benar pas dengan passion saya. Di luar itu, kehidupan sosial saya menjadi rusak, karena hampir seumur hidup saya, waktu saya habis di depan komputer dan tidak bisa berkembang karena saya tidak memiliki bahan pembicaraan lain selain video game.

Saya bahkan sempat membuat daftar video game yang pernah saya selesaikan dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi. List tersebut saya bawa kemana-mana sehingga apabila saya sedang hangout dengan teman-teman saya, saya akan memamerkannya.

Shit. Saya memang benar-benar geek yang menyedihkan dulunya.

Anyway… ingat saja apa yang saya katakan pada “Beauty is a Curse”. Bagaimana orang miskin cinta akan berperilaku di hadapan wanita cantik? Bagaimana orang yang kaya cinta akan berperilaku di hadapan wanita cantik?

Hal ini juga berlaku dalam masalah validasi. Bagaimanakan kira-kira orang yang miskin validasi dan pengakuan akan bertingkah? Bagaimanakah kira-kira orang yang kaya validasi dan pengakuan akan bertingkah?

SUMBER

Spoiler for "JANGAN DIBUKA!":
Diubah oleh exorio 19-10-2014 11:46
0
5.6K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan