Tahiti,sebuah negara kecil yang hanya berpenduduk 135 ribu jiwa sungguh menakjubkan bisa tampil di ajang piala konfederasi. Ajang bertemunya jawara di masing masing zona yang telah di bagi FIFA.

Tahiti memang menjadi bulan
bulanan para peserta piala
konfederasi. Namun,bukan itu yang membuat tim ini banyak di bicarakan.

Adalah semangat mereka yang tak
pernah kendur dan mental pantang
menyerah mereka yang menuai
banyak pujian. Bahkan,di pertandingan terakhir melawan Uruguay,supporter yang hadir begitu antusias menyemangati
para pemain Tahiti.

Dari seluruh pemain Tahiti,ternyata hanya satu orang saja yang merupakan pemain profesional.

Bahkan,9 pemain mereka adalah
pengangguran. Sebagai warga negara Indonesia,saya merasa heran. Kenapa prestasi timnas kita berada jauh dari dibawah
Tahiti. Kita memiliki penduduk yang begitu besar. Liga yang cukup
dikagumi dan begitu banyak pemain hebat di setiap klub klub Indonesia.

Sepertinya bangsa ini telah lupa
tujuan sepak bola yang sebenarnya,yakni bermain dengan
hati. Politik dan kepentingan pribadi dan golongan telah melemahkan sepak bola Indonesia.

Indonesia harus malu terhadap
Tahiti. Dengan pemain seadanya
mereka selalu tampil percaya diri.
Tidak perduli lawan yang mereka
hadapi. Tak peduli berapa banyak
mereka kebobolan,namun semangat mereka bermain bola tak pernah padam. Bahkan,Fernando Torres mengaku telah menjadi fans Tahiti.

Torres merasa Tahiti telah
memainkan sepak bola
sesungguhnya,yakni bermain karena mereka memang mencintai olah raga ini. Bukan karena alasan lainya.

Semoga kita bisa belajar banyak dari Tahiti. Semoga sepak bola Indonesia bangkit kembali.