Sekarang aku baru sadar, sosokmu yang terkadang kita lupakan, penuh kasih sayang dan pengorbanan untukku. Dia memiliki hati yang lembut tapi selalu terlihat sangat kuat didepan kita. Kadang dalam sebuah keluarga, kita sebagai anak selalu lebih dekat dengan ibu bahkan kakak atau adik, dibanding ayah. Tahukah sebenarnya bagaimana ayah kita dibalik sikap tegasnya?
Saat kita bermain sampai larut, ayahlah yang menyuruh ibu untuk menelpon kita.
Saat kita menangis, ayahlah yang menyuruh ibu bertanya kenapa pada kita.
Saat kita ulang tahun, ayahlah orang yang mati matian bekerja untuk membeli hadiah atau bahkan hanya sepotong kue kecil.
Saat kita sakit, ayahlah orang yang rela berusaha mencari dokter walau hujan atau apapun.
Saat kita lupa ibadah, ayahlah orang yang selalu mengingatkan kita.
Saat kita terluka, ayahlah orang yang mampu menggendong kita.
Saat kita tumbuh dewasa, ayahlah yang selalu menyelipkan nama kita dalam doanya.
Saat kita menikah kelak, ayahlah orang yang paling tak rela kehilangan kita.
Tapi mengapa ayah selalu terlihat cuek? karena ayah tidak ingin terlihat lemah oleh anaknya, ayah menangis saat menyendiri dan terlihat kuat saat bersama anaknya. Dan ayah hanya mengeluh kepada Tuhan. Andai Tuhan bicara dengan ayah kita, “anakmu akan Ku panggil”, mungkin ayah akan menjawab “tukarlah nyawaku dengan nyawanya, aku ikhlas”.
Kadang kita menghargai ayah hanya karena rasa takut, kadang kita lebih mudah cerita masalah ke ibu dibandingkan ayah. Sesungguhnya dibalik keras kepala ayah, tersimpan hati yang sangat lembut. Selagi ada kesempatan, banggakanlah dia, teruslah buat dia tersenyum. Peluklah ayahmu karena ayah tak mampu mengalahkan egonya. Hargai, hormati, dan cintailah ayahmu melebihi cinta pada diri kita sendiri.
Ayah maafkan aku yang selama ini masih belum menerimamu karena kejadian malam itu, malam dimana kebencianku pada ayah sangatlah memuncak. Dan semenjak itu sampai sekarang bahasa antara kita berdua adalah bahasa DIAM. Mungkin itu yang ku anggap paling baik. Namun, kini aku sadar ayah. Aku ingin pulang dan memeluk engkau ayah. Ingin kuhabiskan waktu untuk menebus semua kesalahanku, aku ingin mengganti semua waktu yang telah terlewat atas kediaman kita 6 tahun terakhir ini sejak malam itu. Ayah, bisakah diam bukan menjadi bahasa kita? Semoga kau mendengar ini…
Aku tak ingin menyesal pada akhirnya, yang hanya bisa menangis diatas tanah merah yang kelak kau diami. Ayah bisakah kita kembali bermain bersama lagi?
Teruntuk Ayah Tercinta
Dari Putra Sulungmu