Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harluckAvatar border
TS
harluck
--Blog @mharluck--
Ini adalah posting blog gue di sini, yang gue putuskan pindahkan ke kaskus.. emoticon-Malu (S)

Oke lanjut Ke Pos gue
Baduy Trip Part I: Perkenalan di bingkai kecil dunia.


Di penghujung tahun 2012 kemaren gue bareng temen kampus abis cultural treking di baduy, Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten. Meskipun gue adalah orang Kabupaten Lebak, sebuah kabupaten dimana Baduy berada, kunjungan gue ke baduy kemaren adalah yang pertama kalinya. Makanya gue begitu excited banget kemaren dan setelah gue sampe, ternyata emang itu adalah perjalanan yang berkesan abis. Dari mulai perjalanan awal, kenalan dengan kawan baru, eksplorasi di baduy, sampe di PHPin orang baduy. Semuanya memiliki kesan, sebuah cerita yang sangat menyenangkan. Maka dari itu, dengan senang hati gue akan membagi cerita perjalanan ini dengan kalian pembaca gue yang setia (entah pembaca yang mana?) dan beginilah ceritanya.

30 Desember 2012 – Sebuah Perkenalan di bingkai kecil dunia.
Perjalanan gue dimulai dari rumah gue di Maja, sebuah desa kecil yang berjarak 70 km dari Jakarta. Rencana gue hari ini adalah bergabung dengan rombongan kampus di kereta, mereka udah berangkat dari Jakarta dari jam setengah sembilan, Sementara gue mengunggu kereta yang mereka tumpangi dari st. Maja sekitar jam sebelas siang. Gak menunggu waktu yang lama kereta yang mereka tumpangi pun datang, gue bergegas naik menerobos barikade manusia di pintu menuju gerbong nomor 5 tempat kita janji bertemu. Kereta ini penuh sesak dengan penumpang, gue terpaksa harus berjejalan sambil mencari temen sekampus gue sambil melongokan kepala. Gak tau deh udah ada berapa jenis bau ketek yang gue cium saat itu.
Dimana ya? Tanya gue dalam hati.
Gak lama mencari akhirnya gue ketemu mereka, pas ketemu rombongan kampus gue, mereka udah keliatan bermandikan keringat, basah maksimal. Gue cuma bisa ketawa liat mereka, delapan anak manusia yang mencari sebuah petualangan malah harus memulainya petualangannya lebih awal dengan letih keringat. Jumlah mereka 8 orang mereka terdiri dari 7 mahasiswa yaitu Andri, Arfan, Ires, Irsyam, Rere, Iyul/Rachmat dan Santi serta bersama mereka ada satu kakak kelas gue yang udah menjadi seorang karyawan yaitu Kak Ari dan terakhir adalah gue sendiri Harry Lucky, seorang manusia biasa yang tersesat dalam kefanaan dunia (jiaah). Tujuan kita adalah stasiun Rangkasbitung, satu satunya tempat dimana kita bisa melanjutkan perjalan menuju kampung adat Baduy via kendaraan umum, dari st RKS kita melanjutkan perjalanan menuju terminal Aweh, yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan menumpang Minibus jenis Elf yang akan membawa kita ke desa Ciboleger. Jadi Rute kira - kira adalah Jakarta – Rangkasbitung – Ciboleger.

Sampai di terminal Aweh sekitar jam 11.30, sementara jadwal keberangkatan minibus yang akan kita tumpangi menuju Ciboleger adalah jam 12.30, kita punya waktu sekitar satu jam. Gue beserta rombongan masih bisa memanfaatkan waktu dengan mempersiapkan barang bawaan, shalat dzuhur dan makan siang dari bekal yang gue bawa sebelum berangkat. Ketika kita siap berangkat, gue gak membayangkan mobilnya akan begitu penuh sesak, jadi gue bersama 3 orang teman gue yang lain lebih memilih naik diatas mobil. Ya, diatas mobil! Kalau ada pengkelasan maskapai di minibus ini, mungkin bisa diibaratkan penumpang yang duduk didalam ada di kelas bisnis ekonomi dan gue yang duduk diatas ini masuk di kelas VUP (Very Unimportant People). Gak safety banget men, gue udah kaya barang!

Duduk dikelas VUP bukan hal yang mudah, posisi duduk yang benar akan mempengaruhi kenyaman berkendara kita. Insting bertahan hidup sangat dibutuhkan disini, kenapa? Karena supir gak nyediain pramugari bahkan kernet buat ngejelasin hal - hal yang harus dilakukan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Jadi gue saranin buat pemula yang belum punya pengalaman jangan pernah duduk diatas. Bersama gue ada lima orang lain diatas, 3 temen gue dan dua orang yang pulang ke ciboleger, satu orang umurnya masih muda sekitar 25 tahunan duduk disamping kiri Iyul dan satu orang lagi yang juga masih muda, umurnya kira - kira 45 tahunan.
Pemuda yang berada di samping kiri Iyul ternyata asli Cibolerang, dengan pengetahuan dan pengalamannya mengenai kampung halamannya ia menjadi seorang narasumber dadakan buat kita. Sayangnya kita belum sempat berkenalan dengan dia, entah kenapa. Karena gue gak tahu nama pemuda ini jadi kita sebut saja dia ‘Bunga’. Iyul banyak bertanya kepada Bunga, pertanyaannya dari durian sampai suku baduy, terkadang sampai bertanya apakah pernah ada kejadian penumpang yang jatuh dari kelas VUP, mendengar pertanyaan yang bertubi – tubi Bunga pun gak terlihat keberatan menjawab pertanyaannya, bahkan menurut gue perbincangan Iyul dan bunga masuk ke tahap yang lebih serius.

Mesin mulai menderu, perjalanan kita dimulai dengan hamparan sawah yang menari- nari di kiri kanan jalan yang indah. Ditengah perjalanan gambaran perbukitan terlihat jelas di depan gue, seakan bukit itu sengaja menggoda dengan memperlihatkan kemolekannya, terkadang dalam perjalanan juga kita terbawa oleh terpaan angin yang membuat mata merem melek. Tapi selama perjalanan ini gue berasa menjadi sebuah kecrekan, badan gue digoyang dan diguncang mengikuti alunan mobil minibus yang gue tumpangi, kadang ketika mendapati sebuah tikungan tajam yang membuat mobil menjadi miring, saat ini terjadi gue dan penumpang kelas VUP lain harus berpegangan dengan erat atau nanti terjatuh, sesekali gue dan teman - teman gue bahkan berteriak histeris, ‘wah-wah-wah-wah-waaaaah!’ namun setelah itu kita malah tertawa heboh, rame. Penumpang lain terkadang tertawa mentertawakan reaksi dan tingkah kita semua yang terkesan norak seolah kita adalah anak kecil yang baru naik wahana halilintar.
Karena kata Iyul guncanganya seperti sebuah perahu yang diterjang tsunami, Andri berteriak gurau.
“Ombak laut besar kapten!” Teriak andri sambil tertawa.
Gue menyaut, “lambung kapal pecah Kapten!”
Saat itu bunga hanya bisa tertawa melihat reaksi kita semua.
Kita semua puas mentertawakan diri diatas, sampe perut gue sakit karena banyak ketawa, sungguh gak rugi gue duduk diatas.

Temen gue Irsyam bertanya - tanya, pertanyaannya adalah : ‘Kalau buat kelas VUP gimana nanti ngomongnya kalau mau turun di tengah jalan? Emang kedengeran apa?’ Tapi gak butuh waktu lama sampai pertanyaan itu terjawab, di depan gue ada seorang bapak – bapak yang sepertinya mau turun. Dia melakukan hal yang standar, yaitu mengetok – ngetok atap mobil.
TOK! TOK!
“Kiriii.” Kata bapak depan gue dengan nada yang agak di tinggikan.
Tiba – tiba dari dalam mobil ada suara menjawab yang gue rasa adalah suara si supir. Katanya, “siapa disana?”
“Kiri baaang,” teriak bapak – bapak tadi dengan nada semakin tinggi.
Dari dalam mobil si supir pun menjawab “Paswordnya pak?”
Dikira kuis?! Oke gue cuma bercanda. Jadi gue kasih tahu caranya, kalau lu berada di sebuah atap dan mau turun, maka hal pertama yang harus lu lakukan adalah cukup dengan hanya mengetok atap dan jangan pernah mencoba teriak ‘kiriii!’ Cukup diketuk dengan begitu secara otomatis mobil akan berhenti.
Loh? Kenapa jangan teriak Kiri?
Ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan masuknya benda asing ke mulut lo. Bayangin kalau tiba tiba ketika lo sediang teriak ternyata ada durian yang jatuh dan masuk kemulut lu yang membuat saluran nafas lo tersedak.
Teriakan lu yang seharusnya, ‘KIRIIIII.’ Karena kemasukan durian malah menjadi teriak: ‘KIRIIIIWOOOK-HUOK-HUOK!’ sambil tersedak dan mata yang melotot - lotot.
Jadi ingat! Cukup diketuk, jangan dielus juga.

Kembali ke perjalanan. Di ujung perjalanan yang panjang dalam perbincangan dan kecerian, tiba – tiba bunga menunjuk sebuah bukit dengan pemukiman yang terpancang sebuah tower. Dia berkata “disitu tujuan kita, Ciboleger, itu yang ada towernya.”
“Yang tower itu bang?” Tanya iyul.
“Iya, itu udah deket.” jawab bunga.
Gue dan teman – teman gue pun melihat arah telunjuk bunga. Disana terletak sebuah pemukiman dengan tower tertancap yang seakan menjadi pertanda bahwa manusia pernah menginjakan kaki disana dan berhasil menaklukan perbukitan ini.
Melihat bukit itu, gue langsung reflek menunjuk bukit itu dengan telunjuk gue. Lalu secara perlahan gue menarik jari telunjuk gue ke arah mata sampai akhirnya berada sekitar 5cm didepan muka gue. Gue berkata “Sekarang, bukit itu, ada disini, gak akan lepas dari pandangan gue.” Sumpah gaya gue udah bagaikan Zafran di Novel 5 cm, lalu gerakan gue pun diikuti teman teman gue yang... *ciaaaah,* udahan ah, lebay. Pokoknya si Bunga cuma ngasih tahu kalau bukit yang didepan itu udah Ciboleger.
Diubah oleh harluck 07-01-2013 05:43
tata604
someshitness
someshitness dan tata604 memberi reputasi
2
1.2K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan