Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

JibonSoekamtiiAvatar border
TS
JibonSoekamtii
baca gan ga bakal nyesel kok , apa lg untuk kaum pelajar
Si Bodoh Yang Mencabik Buku Pelajarannya
penulis : Arul Chandrana Penulis novel Pemburu Rembulan
Aku akan menceritakan kisah ini padamu. Tidak untuk membuatmu menyukai tulisanku atau untuk membuatmu terkesan atau memujiku. Tidak. Bukan karena semua itu. Tapi karena kisah ini begitu mendesak untuk kututurkan. Begitu penting untuk diketahui banyak orang. Kuyakin kau nantinya akan sangat setuju denganku bahwa memang kisah ini tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk disampaikan. Diperdengarkan. Dibacakan. Dibuat agar semua orang mengerti dan menyadari ada sesuatu yang besar di luar diri mereka. Yang sebenarnya juga terdapat dalam diri mereka. Sesuatu itu menunggu untuk dilecut dan dibangkitkan. Aku memikirkan mengenai semua itu. Inilah ceritaku.

Dia seorang anak dari keluarga kuli kasar bergaji rendah. Masa kerja yang sudah melampaui angka dua puluh tahun sama sekali tidak menambah jumlah gajinya. Ayahnya bekerja di salah satu gudang bulog beberapa kilometer di luar desa. Bukan sebagai satpam atau sopir truk. Apalagi sebagai pencatat keluar masuknya barang atau bagian keuangan. Melainkan sebagai pengangkut karung-karung beras raksasa dari truk-truk tua ke dalam gudang pengap lagi panas tersebut. Dia sudah bekerja seperti itu sejak memasuki usia SMA. Dia tidak sekolah SMP, juga tidak tamat SD. Semenjak memulai kerja sebagai buruh bulog, hidup dan harapannya ditumpahkan pada panen para petani di sawah-sawah nun jauh di sana dan berlanjut sampai sekarang dia beristri dan beranak. Anak yang mulai sekolah SMP.

Istrinya bekerja di tempat penyelepan beras. Dan, sama seperti suaminya, dia mulai bekerja di sana semnejak memauki usia SMA. Tidak pernah memasuki SMP dan beruntung karena berhasil menamatkan SD. Dia pun menggantungkan kehidupannya pada panen para petani yang sawahnya membentang luas tak jauh dari tempat kerjanya.

Bekerja sebagai buruh di gudang yang sama sekali tidak menuntutnya untuk membaca apapun, ternyata tak mencegah sang bapak untuk mempelajari sesuatu. Pastinya itu bukan matematika, bukan pula kimia atau fisika, apalagi Bahasa Inggris. Bahkan Bahasa Indonesia pun tidak. Dia tidak mempelajari semua itu—lebih tepatnya dia tidak berinteraksi dengan semua itu, dia hanya berurusan dengan tulang, otot dan beban. Yang ketika ketiganya disatukan maka terciptalah keringat dan kelelahan. Nah, satu hal yang telah dipelajari dengan baik oleh bapak tersebut adalah bahwa orang-orang yang kerjanya ringan tapi bergaji besar di lingkungan gudang itu adalah orang-orang yang sekolahnya sampai tamat SMA kemudian melanjutkan kuliah. Itulah yang dia sangat pahami dan yakini. Oleh karena itu, bersama istrnya, bapak tersebut membuat kesepakatan untuk mencurahkan seluruh tenaga dan uang mereka guna membiayai sekolah anaknya. Mereka tidak menabung untuk membeli televisi atau furnitur. Lemari pun cuma satu dan tidak pernah bertambah. Cat rumah tidak diperbarui. Perabotan dapur berbahan seng dan plastik. Mereka melakukan semua itu dengan sebuah perhitungan yang cermat dan matang.


Untuk memiliki sebuah pesawat telivisi sungguh bukanlah sesuatu yang teramat sulit. Menabung selama lima bulan atau lebih sedikit pastilah cukup untuk membeli televisi ukuran 120, tapi sang bapak punya perhitungan yang jauh melebihi itu. Untuk sekedar membeli tv mereka hanya perlu mengeluarkan banyak uang sekali saja. Tapi nanti, setelah tv itu dipasang di rumah dan disetel pada tiap kesempatan senggang, ia akan terus-terusan mengeruk uang mereka karena beban listrik yang bertambah. Maka televisi akan selalu menghabiskan uang yang susah payah mereka kumpulkan dengan sia-sia. Televisi adalah peti kotak yang berbahaya dan mengancam bagi cita-cita sebuah keluarga.

Membeli lemari baru pun bukanlah sesuatu yang terlalu berat. Menabung selama setahun atau lebih sedikit pastinya cukup untuk membeli sebuah lemari baru dengan bahan kayu tak terlalu jelek. Tapi bapak punya pertimbangan cerdas untuk memutuskan tidak membeli lemari baru. Jika kita beli lemari baru, Bu, katanya, kita tidak hanya akan mengeluarkan banyak uang sekali. Tapi setelah itu, kita akan selalu dipaksa untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi. Lemari baru yang kosong akan menuntut untuk diisi. Lemari itu akan membuat kita membuang-buang uang untuk beli pakaian, beli kain, beli barang-barang yang tak pernah dipakai. Itu semua belanja yang tidak ada gunanya. Begitu pula dengan cat rumah yang baru. Nabi tidak memerintah kita untuk ngecat rumah, kan? Tapi beliau memerintah kita untuk menjaga kebersihannya. Kalau kita bisa menjaga rumah kita tetap bersih maka itu sudah cukup, Bu. Dengan demikian, istrinya pun tak pernah lagi memikirkan baju baru.

Tentang mengapa tak ada satupun perabotan dapur yang terbuat dari kaca atau porselen, alasannya karena baik porselen maupun kaca bisa pecah, piring kaca kemungkinan besar tak akan bertahan melebihi lima tahun. Dan setiap kali ada yang pecah maka mereka harus membeli yang baru. Itu perbuatan yang sangat boros. Tanpa perlu dijelaskan, kedua pasangan suami isteri itu bersepakat untuk memakai perabot dari logam dan plastik. Piring plastik tidak akan pecah walau jatuh sepuluh kali dalam sehari. Gelas besi hanya akan penyok jika jatuh terlontar dari tangan. Maka jadilah rumah pasangan suami isteri itu begitu sederhana dan bersahaja. Lantas untuk apa semua uang yang mereka dapatkan dari membanting tulang di gudang bulog dan tempat penyelepan padi?


Untuk biaya sekolah anaknya yang kini memasuki kelas 7 SMP. Pasangan suami isteri itu sangat perduli pada pendidikian anak semata wayang mereka. Karena setelah puluhan tahun dihabiskan bekerja di gudang bulog, sang ayah berhasil mengambil satu pelajaran penting yang mengubah seluruh pandangannya tentang kehidupan: bahwa orang-orang yang kerjanya ringan dan bergaji besar di gudang bulog adalah orang-orang yang sekolahnya lulus SMP dan SMA kemudian melanjutkan kuliah dan jadi jadi sarjana. Itulah ilmu terbaik yang berhasil dia dapatkan dari gudang kesakitan dan kelelahan itu. Dan ketika dia menyampaikan penemuannya tadi pada isterinya yang lugu, perempuan taat itu pun mengiyakan dan mendukung semua keputusan suaminya berkenaan pendidikan anaknya. Pasangan suami isteri itu pun bersepakat memfokuskan semua uang yang mereka dapatkan untuk kepentingan pendidikan anaknya. Agar dia bisa masuk SMP, agar dia bisa lulus SMA, agar nanti bisa kuliah, agar nanti saat dewasa dia tidak lagi menjadi kuli seperti mereka, agar dia hanya duduk saja di samping kipas angin berputar mencatati karung-karung beras yang masuk dan pulang dengan gaji besar. Itulah harapan kedua orang tua yang bersahaja itu.

Anaknya yang penurut itu paham sekali mengenai harapan dan cita-cita orang tuanya. Dia sudah menyaksikan bagaimana penderitaan dan kesusahan mereka. Bagaimana pekerjaan berat menuakan mereka lebih cepat dari yang bisa dilakukan waktu. Walau belum baligh, dia benar-benar memahami apa artinya hidup kekurangan dan penuh keterbatasan. Dia selalu mendengarkan petuah orang tuanya dengan tekun tentang pentingnya sekolah dan dia pun meyakini bahwa dirinya haram menjadi kuli, meneruskan penderitaan tujuh turunan yang diwarisi bapak ibunya. Anak itu demikian mengerti semua harapan ibu bapaknya dan demikian bekerja keras untuk menjadi buah hati yang mewujudkan harapan bahagia mereka. Dia anak yang bekerja keras di sekolah seperti kedua orang tuanya bekerja keras di gudang dan penggilingan. Dia tak kenal lelah dalam belajar di kelas maupun di rumah sebagaimana kedua orang tuanya tak kenal lelah bekerja di waktu kemarau atau hujan. Semenjak kelas empat SD sampai masuk SMP, nilai anak itu selalu di bawah 65. Seperti kedua orang tuanya yang gajinya tak pernah di atas tiga ratus ribu.
Sayang sekali, anak itu bukanlah dari jenis yang mampu membuat orang tua bermimpi indah dengan meletakkan harapan di tangan anaknya. Dia bukanlah anak dari jenis yang membuat para orang tua bangga menempel hasil ulangannya yang 100 plus di ruang tamu agar dibaca semua tamu yang berkunjung. Dia bukan jenis anak untuk diceritakan kepada teman-teman kerja karena mendapat hadiah dari guru atas prestasi gemilangnya.
Mengapa? Apakah dia kurang bekerja keras? Masih lebih banyak bermain dari pada belajar? Tidak. Bukan seperti itu. Dia sudah bekerja keras. Sangat keras bahkan. Dia selalu belajar, dia tidak pernah melewatkan malam dengan bermain-main dan meninggalkan buku pelajarannya sendirian. Dia tidak melemparkan bukunya karena film kartun jepang sudah mulai tayang—Anda tentu masih ingat di rumahnya tidak ada televisi. Dia telah memulai hidup sebagai siswa yang tekun belajar sejak kelas empat SD sampai sekarang memasuki bangku kelas 7 SMP. Dan nilai-nilai ulangannya masih saja di bawah 65.

Sewaktu duduk di bangku kelas empat SD, dia di luar lingkaran sepuluh besar. Kelas lima, dia menduduki urutan ke lima belas. Memasuki kelas enam, dia hampir saja tidak lulus. Dan, bagaimana dia bisa masuk ke SMP adalah karena sekolah tersebut sedang sangat membutuhkan murid. Siapapun akan diterima oleh kepala sekolahnya asal dia masih bernyawa dan bisa duduk di bangku kelas. Anak itu memenuhi kedua syarat utama tersebut.

Setiap kali usai ulangan, bahkan setiap hari sepulang sekolah, pada malam hari ke dua orang tuanya akan mengecek hasil ulangan dan buku-buku pelajarannya serta mengatakan beberapa hal. Momen paling menakutkan bagi anak itu adalah ketika mereka mengecek hasil ulangannya. Di situ, pada lembar kertas pengukur kepintaran tersebut, hampir selalu akan tertera angka 50, atau 45, atau 40, lebih sering 30, dengan tinta merah. Dan dia hanya bisa tertunduk diam setiap kali ibu bapaknya mengamati angka-angka merah tersebut. Kemudian dia akan menjadi sangat marah pada dirinya sendiri karena kedua orang tuanya tidak pernah marah gara-gara nilai ulangannya.

Mereka hanya diam. Sama seperti dirinya. Mereka tidak bertanya dengan gaya pura-pura bodoh tapi menyindir sebagaimana dilakukan banyak ornag tua lainnya, Nak, apa ini? Angka apa ini?

lanjut di bawah yak emoticon-Malu (S)
Diubah oleh JibonSoekamtii 14-12-2012 08:17
0
1.4K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan