inilah..com, Jakarta - Meski Pemilu 2014 masih dua tahun lagi, namun sejumlah tokoh mulai mempersiapkan diri untuk maju. Salah satunya kader Yahudi di Indonesia.
Adalah Benjamin Ketang, pria yang pernah kuliah di Israel dan kader Yahudi di Indonesia berencana maju dalam Pemilihan Legislatif 2014. "Mohon doa restu saya mau nyaleg DPR RI dari Partai Gerindra, dapil Jember-Lumajang," kata Benjamin kepada inilah..com, Rabu (14/11/2012).
Benjamin Ketang selama ini dikenal sebagai pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia-Israel Public Affairs Comitte (IIPAC). Lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga lobi untuk perdagangan Indonesia-Israel.
Saat perayaan hari kemerdekaan Israel pada 14 Mei 2011, Benjamin Ketang bersama komunitas Yahudi di Indonesia berencana menggelar perayaan hari kemerdekaan Israel. Namun karena tidak mendapat izin, perayaan tersebut dilaksanakan secara tertutup.
Benjamin menegaskan rencana maju dalam pemilihan legislatif mendatang diikhtiarkan untuk kebaikan bagi publik. "Masalah nomor caleg saya serahkan mekanisme di DPC Partai Gerindra Jember," kata Benjamin. [rok]
kepada sahabat-sahabat yang tergabung dalam komunitas
KMNU 2000.
Berikut ini sejumlah catatan seputar "tokoh" si Hamid
Ketang dan sosoknya;
Kami hanya ingin menjelaskan sejumlah persoalan,
terutama menyangkut jatidiri Hamid Ketang yang saat
ini lagi naik daun. Melalui penjelasan ini, bukan
bermaksud menjelekkan seseorang, tapi hanya ingin
mencoba memahami sikap,komitmen, serta eksistensinya
terhadap sebuah institusi yang dia akui sebagai wadah
untuk membentuk karakternya.
Hamid Ketang adalah anak Jember, Jawa Timur yang
pernah dipecat sebagai anggota maupun pengurus PMII
Cabang Jember karena telah menjual data serta dokumen
organisasi (PMII) kepada pihak lain, dalam hal ini
kepada institusi keamanan dengan maksud untuk
memperoleh imbalasan uang recehan.
Setelah dipecat dari PMII Jember, yang bersangkutan
merantau ke Jakarta dan sempat bergabung dengan
Yayasan Khas yang dipimpin Prof DR KH Said Agil Siraj,
namun tak lama kemudian juga dipecat karena konditenya
tidak baik. Ibaratnya, Ketang adalah layang-layang
putus yang tak jelas mau kemana berlabuh.
Akhirnya, Hamid bergabung dengan Parti Buruh Nasional
pimpinan Mukhtar Pakhpahan dan di situpun nasibnya tak
jauh berbeda, dipecat karena menyangkut konditenya
yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Setelah ke rumah
orang lain juga diusir, akhirnya Ketang pun
luntang-lantung kesana-kemari.
Setelah letih berkelana, akhirnya Ketang mencoba
membangun jaringan ke Israel dengan memboyong label NU
untuk 'berjualan' ke Israel. Dan, Ketang pun berhasil
memperoleh tiket ke Israel hampir sebulan bersama
beberapa aktifis yang lain. Sepulang dari Israel,
Ketang makin tinggi mengibarkan benderanya melalui
BMNU (Barisan Muda NU) bersama 'Gus Nuril" alias Nurul
Arifin yakni mantan wartawan Yogya post yang sudah
'cukup terkenal' siapa dia sebenarnya itu.
Bagi komunitas Yogya dan sekitarnya, nama Gus Nuril
adalah stigma yang tak mungkin direhabilitasi. Jika
ingin lebih jelas, sahabat-sahabat bisa menanyakan hal
ihwalnya kepada komunitas Yogya, terutama kalangan
jurnalis senior.
Dalam perkembangan berikutnya, BMNU yang semula
meminjam ruangan di kantor PBNU akhirnya diusir oleh
pihak pengelola dan institusi PBNU sendiri karena
telah menjual nama NU dengan harga yang sangat murah
dengan uang recehan cukup beli rokok. Dan, Ketang
sudah sangat puas dan bangga dengan mengisahkan semua
itu ke semua teman yang ditemui. Termasuk juga penulis
tanggapan ini.
Melihat sepak terjangnya yang tidak terpuji itulah,
akhirnya PBNU secara resmi menegur dan memberikan
peringatan. Dan, Ketang pun mengubah bendera dengan
Barisan Muda Nusantara (BMNU) dengan maksud untuk
mengaburkan masalah.
Setelah BMNU mulai pudar karena hampir semua simpul
gerakan di Jakarta memahami 'siapa sebenarnya Ketang
dan BMNU?', akhirnya Ketang pun sering konkow di
Ansor. Semua temen-temen Ansor, semula tak menyoal
dan tetap menampung karena pertimbangan kemanusiaan.
Ternyata, makin hari, Ketang belum menunjukkan
perubahan komunikasinya dan nyaris menjadi semacam
''trouble maker''. Tapi, semua itu dinafikan karena
sahabat-sahabat Ansor tak ingin melihat anak rantau
seperti Ketang itu terlunta-lunta dan kehilangan
komunitas.
Belum genap dua bulan, tiba-tiba muncul berita seputar
Banser yang masuk Insklopedia karya penulis Perancis.
Terkait dengan persoalan ini, kami juga sudah membaca
berita di situs [url=http://www.gp-ansor.com.]www.gp-ansor.com.[/url] Dalam buku tersebut,
Banser disebut-sebut sebagai organisasi teroris.
Melihat berita tersebut, tiba-tiba Ketang berkata,
''Saya puas dan benar-benar puas karena sekarang
Banser sudah dicap sebagai teroris internasional,?''
katanya.
Dari ungkapannya itulah, muncul perdebatan seru dan
Ketang tak bisa menjelaskan semua ucapannya secara
elegan dan intelek. ''Saya mau jawab asal dengan Ketua
Umum Ansor, terus terang saya butuh duit,'' kira-kira
begitulah inti pembicaraannya. Dengan kata lain,
Ketang butuh uang dan soal 'cara memperoleh' menjadi
tidak begitu penting baginya. Apakah dengan menjual
organisasi atau menjatuhkan sesama kader? Baginya itu
bukan persoalan yang perlu dipertimbangkan.
Di tengah-tengah gencarnya pembicaraan soal itulah,
tiba-tiba datang sepasang suami istri ke kantor Ansor
dan mencari Hamid Ketang. Sepasang suami istri
tersebut ternyata induk semang alias ibu kost-nya
Ketang yang menagih utang karena Hamid Ketang belum
membayar kost sebanyak Rp 1,5 juta. Nama ibu kostnya
adalah Ibu Titin yang beralamat di Jl Matraman Dalam,
Jakarta Pusat, Tlp 021- 327278. Yang lebih tragis
lagi, kepada ibu kostnya, Ketang juga mengaku sebagai
pengurus Ansor. Padahal, Ketang tak pernah tercantum
sebagai pengurus Ansor. Memang betul, saat ini Ketang
tercatat sebagai salah seorang pengurus "PB PMII
Tandingan" pimpinan Cupli atau lawan dari PB PMII
pimpinan Nusron Wahid.
Gambaran tersebut hanya sebuah abstraksi sekilas
tentang Hamid Ketang yang lebih sering disebut sebagai
'Sang Petualang'. Kami sengaja tidak mengungkap lebih
detail lagi, karena khawatir menimbulkan fitnah dan
salah tafsir. Tapi, dari sekilas gambaran tersebut,
kami hanya ingin mengatakan bahwa sebelum pembicaraan
terlalu jauh, kami berharap agar publik KMNU 2000
memahami dan mengetahui 'siapa sebenarnya Ketang'?
Saya yakin, publik KMNU 2000 sudah bisa memetakan
posisi dan eksistensi Ketang yang sebenarnya dan
sekaligus juga komitmennya. Jadi, sebaiknya koreksi
diri dulu sebelum menyoal lain.
Melalui forum ini, kami juga ingin menjelaskan duduk
persoalan yang sebenarnya. Terus terang, yang membuat
kami gerah adalah buku karya penulis Perancis itu.
Bagaimana mungkin, seorang penulis Barat yang sering
mengudang decak kagum orang Indonesia, termasuk
kader-kader nahdliyin itu bisa menulis sebuah karya
ilmiah tanpa melakukan klarifikasi dengan sumber
aslinya.
Lebih dari itu, kami justru menaruh curiga, apakah
penulisan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan
dari sebuah grand desain untuk membangun stigmanisasi
terhadap Islam yang menggunakan idiom teroris.
Logika paling sederhana, jika Banser/Ansor disebut
teroris, berarti Indonesia ini adalah negara teroris
karena Banser/Ansor secara historis mempunyai
kontribusi terhadap kemerdekaan RI. Logika lain, jika
Banser/Ansor itu termasuk teroris, seharusnya ada uji
materiil serta uji akademik.
Yang kita sayangkan, tuduhan itu muncul dalam sebuah
ensiklopedia yang nota bene adalah karya akademik.
Atas dasar pertimbangan itulah, akhirnya beberapa
pengurus mencoba klarifikasi ke Dubes Perancis dan
tabloid Bangkit. Semuanya menyatakan setuju terhadap
tuntutan yang kita ajukan yakni penarikan terhadap
peredaran buku tersebut. Kami melihat bahwa untuk
melihat kasus tersebut, sebaiknya kita tidak melihat
persoalan secara persial, semisal perilaku individu
atau perorangan. Misalnya, preman dan yang lain-lain.
Tapi, kami melihat bahwa persoalan Banser adalah
persoalan institusi bukan individu. Dari pendekatan
itulah, kami melihat bahwa Ketang sudah melampaui
batas dan sikapnya juga sudah melukai kader-kader yang
lain. Kalau soal Ansor Preman, Ketua Umum Genster,
atau NU gudangnya maling, itu soal lain yang harus
dibuktikan secara yuridis. Dan, sebetulnya tuduhan
penulis Perancis itu pun masih perlu uji lapangan.
Jika tidak, saya kira reputasi dan kredibilitas
penulisnya juga patut dicurigai.
Saya kira, untuk sementara, cukup di sini dulu
klarifikasi seputar Hamid Ketang yang mengaku-aku
sebagai orang yang teraniaya dan diteror. Kita jadi
heran, siapa sebenarnya yang menganiaya dan siapa yang
meneror? Kami jadi bertanya, sebenarnya Ketang itu
kader NU sebagaimana klaim yang selama ini dia
ungkapkan atau bukan? Atau minimal, apakah dia
termasuk warga NU atau bukan? Pertanyaan-pertanyaan
seperti acapkali mengganggu, terutama jika mengingat
sikap politik dan cara bermainnya yang murahan dan
sangat comberan.
Kepada Ketang, kami siap berdebat secara terbuka dan
siap melakukan uji lapangan terhadap data yang kami
ungkapkan itu. Termasuk juga melakukan klarifikasi
terhadap semua persoalan yang kami ungkapkan itu
kepada semua sumber serta 'korban'nya. Kami bukan
orang yang tak bisa diajak ngomong dan tuli.
tertanda,
warga NU yang tak punya jaringan
[url]http://groups.yahoo.com/group/kmnu2000/message/4801?var=1
[/url]
Diubah oleh Barroncepak 20-11-2012 01:26
0
5.9K
Kutip
50
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru