Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

de.coAvatar border
TS
de.co
Dipertanyakan Penanganan Terorisme yang Terus Muncul
Dipertanyakan Penanganan Terorisme yang Terus Muncul



TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Sudah lebih dari sepuluh tahun terorisme telah diperangi, namun selama itu pula, terorisme tidak juga berakhir. Hingga akhirnya banyak pihak termasuk anggota komisi III DPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Indra bertanya-tanya.

Apalagi menurut Indra, di Indonesia ada lembaga dan tim khusus untuk memerangi terorisme, yakni BNPT dan Densus 88. Namun lagi-lagi justru membuat semakin marak terorisme.

"Dalam benak saya pun penuh tanya, kenapa terorisme terus ada dan bahkan terkesan berkembang? Sudah lebih dari 10 tahun sejak proyek memerangi terorisme dijalankan, namun terorisme tidak ada habisnya," ungkap Indra, kepada Tribunnews, Sabtu (27/10/2012).

Politisi PKS ini menyikapi persoalan terorisme yang hingga Sabtu (27/10/2012) Polri merilis sedikitnya ada 11 orang telah ditangkap dalam operasi penyergapan Tim Densus 88 Antiteror Polri di Madiun, Solo, Bogor, dan Jakarta.

Ia yakin ada akar persoalan dari terorisme yang selama ini tidak terselesaikan. Apabila penanggulangan terorisme masih sepert ini yang terkesan berorientasi proyek dana asing dan terus menyudutkan atau mengkambing-hitamkan salah satu agama atau kelompok, maka terorisme tidak akan hilang di Indonesia.

Indra kemudian meminta kejujuran pemerintah dalam mengungkap dan menganalisa sumber dan latar belakang tindakan terorisme. Ditegaskan, sudah terang-benarang bahwa ketidakadilan, diskriminasi, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kegeraman masyarakat atas prilaku korup.

Kemudian, prilaku menyimpang dari pemerintah dan beberapa elit bangsa, merupakan salah satu sumber lahirnya kekecewaan dan kefrustasian seseorang.

Indra juga menilai, ketika sikap frustasi masyarakat saat ini diperalat dengan dokrin-doktrin sesat dan ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu, sangat bisa memunculkan teroris-teroris baru.

"Oleh karena itu pemerintah harus bisa menjawab dan menjelaskan kepada kita semua beberapa gejala dan fakta selama ini. Seperti kenapa terorisme biasanya marak menjelang pemilu?" tegasnya.

"Kenapa terorisme biasanya marak menjelang datangnya pejabat dari negara donor program penangulangan terorisme? Kenapa terorisme biasanya marak ketika ada isu atau skandal besar menguncang pemerintahan? Dan sebagainya," katanya lagi,

Apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab dan dijelaskan, maka menurutnya, jangan salahkan apabila muncul agapan bahwa isu terorisme tidak akan pernah berakhir.

Munarman: Isu Terorisme Sudah Jadi Komoditas Politik


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Mantan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang kini aktif di Front Pembela Islam (FPI) Munarman SH menilai, penangkapan para terduga teroris saat ini, dianggapnya hanyalah bagian dari komoditas politik.

"Isu terorisme ini sudah menjadi komoditas politik, ekonomi dan karir bagi aparat negara. Ini bisnis besar bagi promosi kenaikan pangkat dan jabatan mereka, serta memperebutkan kucuran dana asing dan prestise bagi pejabat pejabat yang dinilai berhasil oleh barat, kata Murnarman, Sabtu (27/10/2012).

Pernyataan Munarman sekaligus menganggapi banyaknya para terduga teroris yang ditangkap akhir-akhir ini. Munarman yang juga salah seorang Juru Bicara FPI ini tegas mengatakan, ada oknum aparat yang menciptakan operasi klandestein untuk menciptakan teroris supaya bisa ditangkap.

Dengan maksud, katanya, agar pangkat dan jabatan mereka mendapat promosi. Selain itu, tambah Munarman, untuk menciptakan ketakutan publik agar kucuran dana meningkat, baik dari APBN maupun negara asing.

"Dan juga mendapat pujian dari negara kafir bahwa mereka berhasil. Sekaligus, menciptakan image negatif terhadap Islam, aktivis Islam dan umat Islam. Kita tentunya masih ingat pola pola ini, infiltrasi oleh intelijen hitam dan mendesign gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam, Aceh, serta berbagai aktivitas subversi pada masa Orde Baru," tegas Munarman.

Ketika itu, sambungnya, yang kemudian berujung pada penangkapan lawan politik dan yang potensial jadi lawan politik. Ini, stambahnya, selalu digunakan dan masih terus digunakan sampai saat ini. Hanya saja sekarang ini pola operasi tersebut di fokuskan pada issu terorisme.

"Korbannya anak-anak yang tak berdosa, kemudian difitnah sebagai teroris, padahal intelijen hitam yang bermain. Terutama saat ini dikomando oleh BNPT dan Densus 88)," Munarman menegaskan.

http://www.tribunnews.com/2012/10/28...oditas-politik

=======================================================


Dalam benak saya juga pak, kenapa org yg berpeci, numbuhin jenggot & celana ngatung kebanyakan dianggap teroris atau teman teroris?
Dalam benak saya juga Pak, knp harus dibentuk Densus Antiteror 88 padahal jauh sebelumnya Indonesia udh punya detasemen antiteror lain yg lebih kompeten?
0
8K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan