q4billAvatar border
TS
q4bill
Sudah mau Bangkrut, Baru Blackberry Buka Innovation Center Resmi di ITB Bandung


BlackBerry Innovation Center Resmi Dibuka di ITB
Rabu, 03/10/2012 09:17 WIB

Bandung - Research In Motion (RIM) resmi membuka BlackBerry Innovation Center di Institut Teknologi Bandung (ITB). Melalui tempat ini, RIM siap mendukung program pendidikan, riset dan pelatihan bagi mahasiswa Indonesia dan pengembang aplikasi untuk membuat aplikasi bisnis yang menarik. Hastings Singh, Vice President and Managing Director – South Asia RIM mengatakan, BlackBerry Innovation Center adalah salah satu program untuk mempercepat pengembangan kapasitas aplikasi mobile serta pertumbuhan lapangan kerja di Indonesia. "Ini menandai keberhasilan upaya kolaborasi kami bersama-sama dengan pemerintah Indonesia dan ITB untuk mengatalisasi pertumbuhan masyarakat mobile Indonesia yang semakin cerdas," imbuhya dalam keteragan tertulis.

RIM sendiri mengaku sudah bekerja sama dengan lebih dari 50 kampus dan sekolah di seluruh Indonesia melalui prakarsa serupa melalui BlackBerry Academic Program, untuk menyediakan bahan dan konten guna mendidik siswa mengenai pengembangan aplikasi mobile. BlackBerry Innovation Center ini akan memperpanjang kolaborasi RIM dan ITB melalui BlackBerry Academic Program tersebut. RIM mendukung ITB melalui investasi USD 5 juta selama 5 tahun ke depan untuk mendukung pembangunan fasilitas, staf dan operasi.

Prof Dr Akhmaloka, Rektor ITB mengatakan, mahasiswa ITB tentu akan menunjukkan kegembiraan mereka terhadap program ini. "Kami berharap BlackBerry Innovation Center akan menghasilkan calon pengusaha dan para pemimpin untuk industri komputasi ponsel di Indonesia," lanjutnya. Sebagai bagian dari kerja sama RIM dan ITB untuk menciptakan BlackBerry Innovation Center yang fokus pada pengembangan aplikasi mobile, setiap tahun, 30 mahasiswa berprestasi akan mendapat beasiswa penelitian Mobile Computing.

Sebanyak 18 beasiswa sudah diberikan untuk tingkat Master (S2) dan Pascasarjana untuk bergabung dengan pusat inovasi ini pada tahun pembukaannya, dan 12 penghargaan tambahan akan segera diberikan untuk tahun terakhir mahasiswa berbakat tingkat sarjana. Penerima beasiswa akan memperoleh uang kuliah dan juga manfaat berupa uang saku penelitian untuk masa studi mereka di BlackBerry Innovation Center ITB. Banyak dari para penerima beasiswa juga akan dilengkapi dengan komputer laptop dan smartphone BlackBerry untuk mempromosikan pembelajaran mobile. Selama mereka berada di BlackBerry Innovation Center, penerima beasiswa akan menerima pelatihan mendalam mengenai pengembangan lingkungan BlackBerry dan mempersiapkan mereka untuk melakukan sebuah proyek penelitian berjangka waktu satu sampai tiga tahun. Proyek penelitian akan fokus pada pemberian manfaat kepada masyarakat Indonesia secara lebih luas, dengan menghasilkan aplikasi mobile untuk sektor-sektor penting seperti sistem kesehatan mobile, transportasi smart, pembelajaran mobile, dan e-logistik.
[url]http://inet.detik..com/read/2012/10/03/091252/2053207/398/blackberry-innovation-center-resmi-dibuka-di-itb?i991102105[/url]

Matinya BlackBerry
3 Oktober 2012

CHIP.co.id - Jika dahulu membawa BlackBerry merupakan simbol status, sekarang ini BlackBerry merupakan simbol keterbelakangan. Paling tidak dalam arti bahwa perangkat itu kini mulai ditinggalkan orang di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, kita tahu, BlackBerry adalah smartphone sejuta umat, pemakainya mulai dari anak SD hingga pekerja profesional.

Namun, secara global pasar BlackBerry terus tergerus dengan kehadiran idola baru, perangkat berbasis Android dan iOS. Setidaknya, hasil riset beberapa lembaga menunjukkan bahwa kedua platform itu kini merajai Eropa dan Amerika Serikat. Perusahaan raksasa, yang tadinya menggunakan BlackBerry sebagai ponsel resmi, kini mulai migrasi ke Android dan iOS, misalnya Yahoo.

Akibatnya, Research In Motion (RIM), perusahaan pembuat BlackBerry perlahan-lahan tenggelam akibat kerugian finansial. Banyak yang memperkirakan mereka sedang terjebak lingkaran kematian, meski hal ini dibantah tegas oleh CEO RIM Thorsten Heins. Berbeda dengan mantan pemimpin pasar smartphone lainnya, Nokia, yang memilih berkoalisi dengan Microsoft agar mampu bertahan di pasar, RIM sejauh ini masih cukup percaya diri melaju sendiri menahan gempuran Android, iOS, dan tentu saja Windows Phone.

Sudah banyak analisis mengenai kejatuhan RIM. Salah satu yang menarik adalah kolom James Surowiecki di The New Yorker, Februari lalu. Dia mengatakan, RIM digilas Apple dalam persaingan karena dunia teknologi berubah, sedangkan RIM tidak mampu mengikutinya.

BlackBerry sejatinya dirancang untuk pebisnis. Pelanggannya yang sebenarnya bukanlah penggunanya saat ini, melainkan pekerja perusahaan teknologi informasi. BlackBerry memberikan yang paling mereka butuhkan: keandalan dan keamanan. BlackBerry merupakan sistem tertutup yang berjalan pada jaringan RIM sendiri. Pengaturan BlackBerry tidak mudah diutak-atik pengguna biasa. Jadi pebisnis menyukainya, dan RIM berasumsi bahwa, jika perusahaan menggunakan teknologi tersebut, konsumen juga akan mengikutinya.

Asumsi ini mirip dengan sejarah adopsi teknologi lain yang digunakan secara massal saat ini, seperti telegram, telepon, internet, dan personal computer, yang pada awalnya semuanya ditujukan untuk kelas perusahaan. Tetapi ternyata RIM keliru.

Kata Surowiecki, kita saat ini memasuki era konsumerisasi teknologi, atau disebut Bring Your Own Device (BYOD). Yang terjadi pada era ini justru sebaliknya dari asumsi RIM, di mana penyebaran teknologi justru berhulu dari konsumen ke pebisnis. Media sosial berubah dari sekadar tren yang mengganggu menjadi bagian tak terpisahkan dari cara pebisnis bekerja. Berapa dari Anda yang awalnya tak bisa mengakses Facebook dari kantor karena diblokir? Kini hampir semua perusahaan atau pebisnis justru ikut memanfaatkan Facebook sebagai sarana promosi.

Demikian juga dengan Tablet, yang tadinya dianggap sekadar laptop berkemampuan rendah, kini jamak ditemui di tangan para penjual, pebisnis, bahkan pilot pesawat terbang. Demikian juga dengan iPhone dan Android yang kini menguasai pasar. Keduanya selalu menjadikan konsumen sebagai target, dan cenderung muncul dengan hal-hal yang tidak disukai orang IT, seperti bermacam-macam aplikasi asing. Namun, karena pekerja menyukainya, pebisnis mulai menyesuaikan diri. Di saat yang sama, iPhone dan Android kian memperbaiki keamanan agar lebih cocok digunakan pebisnis.

"Konsumerisasi menjadi bencana buat RIM karena mereka enggak tahu apa yang diinginkan konsumen," kata Surowiecki.

Contoh paling nyata tentu saja teknologi touch screen yang telat diperkenalkan RIM. Ketika mereka membuat BlackBerry touch screen, orang melihatnya tak lebih dari sekadar tiruan iPhone. Sistem tertutup RIM juga terlihat aneh di dunia di mana smartphone dan tablet kini berperan sebagai platform bagi seluruh ekosistem aplikasi. Tak mengherankan pula jika jumlah aplikasi dan unduhan di Google Play dan Apple Store sangat jauh melampaui BlackBerry App World, lebih dari 25 miliar unduhan.

Pertanyaannya, apakah RIM akan benar-benar tinggal cerita?

Laporan keuangan RIM pada kuartal kedua tahun ini menunjukkan tren positif. Selain itu, para analis masih menunggu peluncuran BlackBerry 10 yang diperkirakan akan berlangsung Januari tahun depan. Berdasarkan presentasi CEO RIM Thorsten Heins, dalam acara BlackBerry Jam di San Jose, Amerika Serikat, Selasa (25/9) lalu, BlackBerry 10 berbeda sama sekali dengan seri sebelumnya dengan fokus terhadap pengalaman pengguna.

Dalam BlackBerry 10, RIM menggunakan tampilan (UI) yang dinamakan Flow, yang sangat terfokus pada multitasking, serta telah mengintegrasikan fitur messaging dengan media sosial Anda. Dengan flow, Anda seakan-akan dapat "mengalir" di dalam smartphone Anda. Dalam tampilan Flow di BlackBerry 10 juga terdapat fitur BlackBerry Balance. Dengan fitur ini, Anda dapat memfungsikan perangkat Anda tergantung dua kondisi berbeda, Personal dan Work. Dalam Personal, Anda dapat mengunduh berbagai aplikasi yang Anda inginkan, mengirim email apa pun, menyimpan berbagai file, dan sebagainya, yang bekerja dalam sebuah partisi yang dienkripsi untuk privasi, tetapi tidak dikunci.

Sedangkan dalam Work, Anda juga dapat memiliki sebuah partisi untuk kerja yang juga dienkripsi, tetapi benar-benar terpisah dengan Personal, dan dapat dikunci bila diinginkan oleh perusahaan (bila BlackBerry Anda merupakan fasilitas kantor, misalnya).


Fitur BlackBerry Balance. (Ki-Ka) Personal dan Work

Dengan tampilan yang dirombak dalam BlackBerry 10, RIM membuat penggunanya dapat dengan mudah mengintip (Peek) berbagai aplikasi yang sedang dijalankan. Anda tinggal menggeser (swipe) ke atas, bawah, kiri, dan kanan untuk mengintipnya. RIM juga membuat fitur BlackBerry Hub. Layaknya Timescape pada Sony dan Social Hub pada Samsung, fitur ini juga memungkinkan Anda membuat update, mengirim pesan baik dari BlackBerry Mesengasr, berbagai situs jejaring sosial, sms, dan sebagainya ke dalam satu wadah.

Untuk mengetahui lebih jauh, Anda bisa menonton video resmi mengenai fitur-fitur ini yang sudah diunggah RIM beberapa hari lalu ke jejaring sosial YouTube. Apakah dengan perubahan tampilan pada BlackBerry 10 akan mampu menyelamatkan RIM? Apakah konsumen individu dan perusahaan mau beralih dari Android, iOS, atau Windows phone? Banyak yang meragukannya. Bagaimana dengan Anda?
http://chip.co.id/news/read/2012/10/...nya.BlackBerry

----------------

Siapa tahu anak-anak ITB bisa membuat fitur-fitur baru dan innovativ sehingga bisa mengalahkan fitur Google untuk android ... emoticon-Big Grin
0
11.6K
150
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan