Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

che_guebangetAvatar border
TS
che_guebanget
Belajar Dari Pilgub Jatim, Kemenangan Jokowi Masih Harus Dipastikan
Jakarta, seruu.com - Fenomenal. Kata tersebut terucap dari semua pengamat dan politisi yang saat menanggapi hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei dalam pilkada DKI putaran kedua Kamis lalu.


Tetapi ditengah ramainya ucapan selamat dan pujian sejumlah kekhawatiran merebak. Akankah peristiwa di Jawa Timur tahun 2008 terulang lagi di Jakarta?. Pandangan ini disampaikan oleh pengamat politik asal Universitas Airlangga Aribowo.


"Jika hasil quick count hanya selisih satu atau tiga persen, fenomena di Pilgub Jatim tidak menutup peluang terjadi di Pilgub DKI," terangnya.


Tapi ia melanjutkan bahwa kalau selisih quick count lebih dari 5 persen, maka buat Aribowo fenomena tersebut sulit terjadi.


Pilgub Jatim Putaran Kedua

Sejarah mencatat pada Pilkada Jawa Timur Putaran Kedua tahun 2008 beberapa lembaga survei menempatkan pasangan memenangkan pasangan Khofifah-Mudjiono (KaJi). Tapi KPU Jatim dalam rekapitulasinya menetapkan pasangan KarSa (Soekarwo-Saifullah Yusuf) sebagai pemenang.


Misalnya dari penghitungan cepat yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia (LSI), pasangan KaJi memperoleh suara sebanyak 50,44 persen dan KarSa mendapat 49,56 persen. Sedangkan versi Lingkaran Survei Nasional yang mereka lakukan di 400 TPS di seluruh Jatim, KaJi meraup 50,76 persen dan KarSa meraih 49,24 persen.


Tapi faktanya, semua penghitungan cepat yang dilakukan oleh lembaga survei gugur begitu saja. Karena dari hasil rekapitulasi suara secara manual yang dilakukan KPUD Jatim, hasilnya justru bertolak belakang. Pasangan KarSa berhasil mengungguli KaJi dengan perolehan suara yang cukup tipis. KarSa mendulang 7.729.944 (50,20%). Sedangkan pasangan KaJi hanya men-dapatkan suara sebanyak 7.669.721 (49,80%). Ada selisih hanya 60.223 suara. Hasil tersebut mengantarkan Soekarwo atau biasa dipanggil Pakde Karwo memimpin Jatim hingga sekarang.


Pilgub DKI Putaran Kedua 2012

Dalam Pilkada DKI putaran kedua sejumlah lembaga survei yang telah merilis hasil hitung cepat mereka menyatakan bahwa kemenangan Jokowi-BAsuki dari Foke - Nara ada dikisaran 5,26 - 8,22 persen selisih suara saja.


Seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang bekerjasama dengan TV One menyatakan Jokowi-Ahok : 53,68 persen sementara Fauzi-Nachrowi : 46,32 persen (selisih 7,36 %).


Sementara lembaga survei Indo Barometer yang bekerjasama dengan Metro TV menyatakan Jokowi-Ahok : 54,11 persen sedangkan Fauzi-Nachrowi : 45,89 persen. (8,22 %)


Hitung cepat yang digelar Lingkaran Survei Indonesia dan SCTV merilis hasil Jokowi-Ahok : 53,81 persen sedangkan Fauzi-Nacrowi :46,19 persen (7,62 %)


Hitung cepat Kompas yang pada pilkada putaran pertama paling mendekati hasil rekapitulasi KPU DKI menyatakan Jokowi-Ahok meraih 52,97 persen suara dan Fauzi-Nachrowi : 47,03 persen (5,94 %)


Hitung cepat MNC Media dengan lembaga SMRC menyatakan Jokowi-Ahok menang dengan suara 52,63 persen dan Fauzi-Nachrowi : 47,37 persen (5,26 %) selisih terkecil dibanding lembaga survei lainnya.



Terkait dengan hasil hitung cepat tersebut maka aktivis 1998 Adian Napitupulu menyatakan secara hitungan kasar matematis maka hasil akhir rekapitulasi suara di KPU DKI masih rentan berbeda dengan hasil akhir yang dirilis oleh lembaga survei dalam hitung cepat yang dilakukan.


"Jika kita gunakan Jumlah Pemilih di Pilkada DKI putaran pertama sebagai alat ukur sementara, maka pemilih Pilkada DKI adalah sekitar 4,3 juta orang. Jika selisih Jokowi - Foke di putaran 2 versi LSI sebesar 7% berarti selisih suara Jokowi - Foke hanya berkisar 300 an ribu suara. Sementara kalau jumlah TPS di Pilkada DKI berjumlah sekitar 15.000 TPS saja . Dan kemudian dalam penghitungan terjadi perubahan suara rata-rata sekitar 10 suara (suara Foke naik 10 dan otomatis suara Jokowi berkurang 10) maka selisih 300 an ribu suara itu menjadi hilang dan suara berimbang," ujarnya mencoba memberi gambaran kasar.


Sehingga jika itu yang terjadi lanjut Adian, maka hasil yang berbeda akan dengan mudah didapat. "Pertanyaannya mungkin nggak itu terjadi , buat Saya sangat-sangat mungkin. Karena penghitungan suara cepat rata-rata mengambil sample dari 400 - 500 TPS atau sekitar 2,5% hingga 3% dari total TPS yang ada, bukan seluruh TPS! Artinya peluang suara berubah, baik rekayasa ataupun tidak tentu sangat mungkin terjadi," tegasnya.


Hal tersebut pula yang rupanya diyakini oleh Ketua DPP Partai Demokrat, partai pendukung utama Foke-Nara sejak pilkada dimulai, Nurhayati Assegaf. Menurutnya hasil hitung cepat yang mengunggulkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjhaja Purnama bisa berbalik menjadi kemenangan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.


"Dari hasil sementara quick count yang menyatakan bahwa Jokowi-Ahok lebih unggul, saya kira belum final karena ada perhitungan manual dari KPUD," kata Nurhayati di Jakarta, Kamis.


Nurhayati meminta semua pihak bersabar dan menunggu hasil perhitungan manual dan keputusan KPUD. Anggota Komisi I DPR RI itu menyatakan ada perbedaan hasil sementara yang tak jauh beda antara kedua pasangan yang menggunakan sampel 300-400 TPS.


"Menurut saya ini adalah pilihan masyarakat DKI Jakarta. Meskipun kita tidak harus terburu-buru karena dalam quick count ada margin of error-nya dan angka 54 persen itu tidak tinggi karena memang harus lebih dari 50 persen. Jadi kita tunggu perhitungan KPUD DKI Jakarta," pungkas Nurhayati.


Ucapan Selamat Yang Terlalu Cepat

Logika yang banyak dilontarkan oleh para peneliti lembaga survei yang berpatokan pada angka margin of error dimana jika koefisien selisih suara jauh lebih besar dari margin of error maka hasil semakin mendekati kebenaran membuat analisa kemungkinan suara berubah pupus.


Bahkan dengan logika diatas pula sejumlah ucapan selamat sudah keluar dari sejumlah lembaga survei kepada pasangan Jokowi - Basuki. Tidak hanya itu, mulai dari sang rival Fauzi Bowo, Ketum Demokrat Anas Urbaningrum hingga Presiden RI yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono telah mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi versi hitung cepat lembaga survei.


Hal ini membangun citra publik bahwa hasil hitung cepat bisa menjadi alat ukur yang cukup valid dan kecil kemungkinan mengalami perubahan dalam rekapitulasi di KPU. Dalam benak masyrakat Jokowi - Basuki sementara ini sudah menjadi Gubernur DKI.


Namun sejumlah skenario pun bertebaran. Ada anggapan bahwa citra tersebut memang sedang dibangun oleh kubu incumben dan bahkan penguasa. Dalam skenario yang terburuk jika hasil rekapitulasi KPU DKI ternyata berbeda dengan hitung cepat maka citra calon petahan yang saat ini legowo menyambut hasil Pilkada akan terbangun dengan baik. Otomatis publik berharap Jokowi akan melakukan hal serupa.


Sementara ditingkatan massa hal ini akan menjadi potensi konflik yang besar mengingat mereka tidak akan dengan mudah menerima hal tersebut. Parahnya ketika skenario ini berjalan maka kubu Jokowi akan menjadi pihak yang paling disalahkan karena menjadi pemicu keributan.


Atau kembali berandai-andai keputusan pemenang Pilkada DKI akan berubah dari KPU ke Mahkamah Konstitusi.

"Jika suara sudah berubah maka permainan akan bergeser dari suara rakyat menjadi suara Hakim di MK. Dengan demikian jalan kemenangan Jokowi, kemungkinan masih panjang dan berliku," ucap Adian dalam pernyataanya melengkapi analisa sebelumnya soal hitung-hitungan rekapitulasi suara.


Ia kemudian melanjutkan sebagai saran, baiknya para relawan pendukung Jokowi, masyarakat Jakarta yang telah menyumbangkan suaranya jangan sampai terlena dan bergembira, selisih terlalu sedikit, angka-angka bisa berubah. Tetap buka mata dan telinga, jangan tinggalkan tiap tahap penghitungan mulai dari TPS, Kecamatan hingga KPUD. Bila mungkin di tiap tahap penuhi dengan massa sebanyak-banyaknya! Hanya itu satu-satunya cara agar Suara Rakyat yg sangat berharga tidak dimanipulasi!," himbau Adian mengingatkan.


Senada Pengamat Politik Universitas Airlangga , Aribowo juga melontarkan hal tersebut. "Melihat fakta-fakta itu, masyarakat harus menunggu penghitungan suara secara manual oleh KPU. Jangan hanya bersandar dari hasil quick count ataupun hasil survei," tandas Aribowo.


Akankah Pilkada DKI berjalan sesuai skenario diatas, atau berjalan tetap pada relnya dan memenuhi harapan banyak pihak bahwa demokrasi sedang berjalan di Jakarta. Semoga saja yang terbaik yang terjadi. Karena, Pilkada DKI putaran kedua sudah membuka mata masyarakat bahwa cita-cita perubahan, cita-cita demokrasi bisa ditempuh dengan jalan damai lewat jalur yang disediakan oleh demokrasi itu sendiri yaitu Pemilu, yang jujur, adil dan bersih.

musashi


sumber : http://www.seruu.com/informasi/komen...rus-dipastikan




bisa jadi tuh pren.... keputusan akhir kan di KPU.... BERHARAP YANG TERBAIK DAH
0
8K
83
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan